HARIAN SEDERHANA, DEPOK – Tak ada yang menyangka kota seluas 200,29 km2 ini ternyata pernah menjadi negara kecil. Bahkan memiliki presiden sendiri pada zaman kolonial Belanda. Saat itu, negara ini berbentuk republik. Dulu, teritori Depok ini merupakan tanah milik seorang mantan pegawai VOC Belanda yang kaya raya.
Adalah Cornelis Chastelein, seorang tuan tanah berdarah Prancis-Belanda yang merupakan penemu dari Depok. Dari tanah tersebut, ia pun menjadikan Depok sebuah negara yang mempunyai pemerintahan sendiri, lepas dari pengaruh dan campur tangan orang luar. Lazimnya sebuah wilayah yang berdaulat, Depok tak hanya punya batas wilayah.
Depok juga punya gedung pemerintahan sendiri. Gedung itu dibangun di Kerkstraat (yang berarti Jalan Gereja dalam bahasa Belanda) karena di sana ada gereja yang kini dikenal sebagai Rumah Sakit Harapan.
Di pusat pemerintahan itu, berdiri kokoh Tugu Cornelis. Tugu itu dibangun pada 28 Juni 1814 tepat 100 tahun setelah kematian Cornelis Chastelein. Persis di depan Gementeentee Bestuur terdapat Istana Presiden Depok. Sampai hari ini istana tersebut masih kokoh berdiri, yakni rumah tua di Jalan Pemuda No. 11 RT 04/08 Kelurahan Depok Kecamatan Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat.
Selain itu, Depok memiliki struktur pemerintahannya sendiri yakni Vergaderingen, Commissarissen, dan Bestuur, yang dipimpin oleh presiden dengan masa jabatan tiga tahun. Setelah itu dilakukan pemilihan umum untuk menentukan siapa presiden Depok berikutnya berdasarkan suara terbanyak. Untuk menjalankan tugasnya, presiden Depok dibantu oleh sekreteris, bendahara, dan beberapa petugas.
Hingga saat ini, sejarah membuktikan bahwa Depok hanya memiliki lima presiden saja selama masa kejayaannya. Salah satu presiden yang masih dikenang dan dapat ditunjukkan bukti keberadaannya adalah Jahonnes Matheis Jonathan, yang merupakan Presiden ke-5 sekaligus presiden terakhir di Depok pada zaman sebelum kemerdekaan Indonesia. Sementara pada pendulunya tidak ada jejak sejarah yang bisa menjelaskan.