HARIAN SEDERHANA, Depok — Kesan kuno dan mistis langsung menyeruak ketika menginjakan kaki di kompleks pemakaman tua kamboja. Deretan batu nisan dengan berbagai ukuran berjejer rapi dan beberapa diantaranya menyimpan nama tokoh terkenal berkebangsaan Belanda seperti pastur dan istrinya. Pemakaman ini memiliki satu keunikan yang membuatnya berbeda dengan pemakaman lainnya. Yaitu, penggunaan satu lubang makam yang dapat terisi lebih dari satu peti mati yang sering disebut Tombe.
Raungan deru mesin, menggema begitu bising membuat gaduh suasana. Suara klakson yang saling sahut-bersahutan, pun tak urung menambah sedikit pening kepala di tengah sejuknya pagi, Kamis (14/1/2021)
Tak jauh dari keriuhan, persisnya di belakang RS Hermina, di seberang lapangan sepak bola nampak terbujur kaku deretan nisan yang terselip pula beberapa bangunan makam tua Belanda dengan posisi lebar dan agak tinggi.
Tempat peristirahatan itu adalah tanah wakaf Yayasan Lembaga Cornelis Chastelein (YLCC) yang diperuntukkan bagi warga keturunan Kaum 12 Marga. Berada di sebelah timur pusat kota Depok Lama, tepatnya di Jalan Kamboja, Pancoran Mas, Depok.Lahan yang memiliki luas 1 hektar itu merupakan tempat peristirahatan terakhir beberapa warga Depok tempo dulu hingga sekarang.
Dalam pemakaman ini terdapat makam tua milik Adolf van der Capellen. Jasad seorang kerabat dari Gubernur Jenderal van der Capellen yang meninggal dunia pada tanggal 6 April 1888 ini tersimpan di dalam sebuah tombe.
“Kalau boleh dikatakan, hampir mirip dengan Taman Makam Prasasti yang ada di Jakarta. Di sini kita bisa melihat beberapa makam tua dengan berbagai bentuk seperti stupa pada bangunan makam Cor de Graaf atau beberapa tombe (makam yang memiliki ruang bawah tanah) yang ada di sini. Unik, kan?