HARIAN SEDERHANA, PEBAYURAN – Dari data yang dimiliki Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi, sebanyak 12 ribu warga di tiga desa Kecamatan Pebayuran kini mengungsi akibat rumahnya digenang banjir.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bekasi Heri Lincoln menuturkan, tinggi air pun terbilang cukup parah lantaran mencapai 2,5 meter diakibatkan tanggul penahan air di sekitar aliran Sungai Citarum jebol.
“Ada 12.000 warga mengungsi dievakuasi langsung kemarin itu oleh petugas gabungan bersama relawan,” tutur Henri, Senin (22/02).
Henri mengatakan, sampai Senin (22/02) belasan ribu warga ini masih hijrah ke tempat yang aman lantaran kawasan permukimannya masih terkepung banjir. Namun, ketinggian ketinggian air kini sudah mulai surut dari sebelumnya 2,5 meter jadi 1 meter.
“Meski air sudah mulai surut, mereka masih mengungsi di sejumlah posko pengungsian,” kata Henri.
Dia menerangkan, ada tiga desa terdampak banjir akibat luapan air Sungai Citarum ini, ditambah dengan jebolnya tanggul di daerah tersebut. Tiga desa ini adalah Karangsegar, Sumberurip, dan Sumberreja.
Karangsegar sendiri tercatat banjir mencapai ketinggian 2 meter. Akibatnya 5.284 warga mengungsi. Kemudian 2.079 kepala keluarga terkena dampaknya. Desa Sumberurip diterjang banjir hingga ketinggian 2 meter. Daerah ini menjadi yang terparah dengan 12.000 kepala keluarga terdampak. Kemudian 5.000 orang terpaksa mengungsi.
Untuk Desa Sumberreja dengan ketinggian banjir 1-2 meter. Sebanyak 685 kepala keluarga terdampak dan 2.670 orang terpaksa mengungsi.
“Terparah di Desa Sumberurip dengan 12 ribu KK terdampak dan 5 ribu orang harus mengungsi. Untuk korban jiwa sejauh ini nihil,” ujar Henri.
Belasan ribu warga yang mengungsi itu ditempatkan di tujuh lokasi di antaranya di Masjid Assyafaah RT 003/001 Desa Sumberurip Kecamatan Pebayuran sebanyak dengan jumlah pengungsi sebanyak 1.500 orang.
Kemudian di Puskesmas Karangharja 100 orang, di sepanjang tanggul irigasi di Kampung Pamahan 3.000 orang, Masjid Rumah Makan Saung Desa 100 orang, dan di Kantor Desa Sumbersari 70 orang.
Lalu di Kantor Desa Karanghaur dengan jumlah pengungsi sebanyak 175 orang dan di Kantor Kecamatan Pebayuran 20 orang.
Hingga Senin ini juga, BPBD mencatat masih ada 13 kecamatan lain yang terendam banjir dari total 19 kecamatan yang dilaporkan banjir sejak Jumat (19/02).
“Dari total 19 kecamatan dilanda banjir, laporan terkahir 13 kecamatan masih banjir, dan enam kecamatan sudah surut,” kata Henri Lincoln.
Henri menjelaskan banjir surut di Kecamatan Bojongmangu, Cibarusah, Cikarang Pusat, Cikarang Selatan, Setu, dan Serang Baru. Sementara itu, 13 kecamatan lainnya dilaporkan masih terendam banjir dengan ketinggian bervariasi.
Banjir terparah masih merendam Kecamatan Pebayuran dan Kecamatan Kedungwaringin akibat tanggul jebol aliran Sungai Citarum
“Kondisi masih parah di Pebayuran dan Kedungwaringin yang berlokasi di dekat lokasi tanggul jebol di aliran Sungai Citarum,” ungkapnya.
Adapun kedalam di kedua lokasi itu sempat mencapai 2,5 meter sehingga membanjiri rumah-rumah warga dan memutus akses permukiman.
Henri Lincoln menjelaskan sebanyak 155 titik lokasi banjir merendam kawasan Kabupaten Bekasi. Sementara itu, total warga yang terdampak banjir tercatat sebanyak 25.375 KK.
Sementara, Bupati Bekasi Eka Supria Atmaja mengatakan, banjir yang disebabkan jebolnya tanggul Citarum di Kampung Babakan Banten Desa Sumberurip, Kecamatan Pebayuran, Kabupaten Bekasi meluas dari empat desa menjadi sembilan desa.
“Hari kemarin pertama tanggul jebol itu ada empat desa yang terendam. Dan hari kedua ini meluas menjadi sembilan desa,” kata Bupati Eka, saat berada di salah satu posko pengungsian di Pebayuran, Senin (22/02).
Eka mengatakan, sembilan desa yang terkena banjir tersebut yakni Desa Sumberurip, Desa Karangharja, Desa Sumbereja, Desa Karangpatri, Desa Bantarsari, Desa Karanghaur, Desa Sumbersari dan Desa Bantar Jaya.
“Dari 9 desa itu ada hampir 10 ribu jiwa yang terdampak banjir. Sejak kemarin sudah 8.000 lebih yang kita evakuasi. Tersisa sekitar 1.500 jiwa yang hari ini kita upayakan untuk dievakuasi,” kata Eka.
Orang nomor satu di Kabupaten Bekasi ini menyebutkan, sisa warga yang belum dievakuasi di lokasi banjir kebanyakan laki-laki, sedangkan untuk perempuan dan anak-anak sudah dievakuasi di tempat yang lebih aman.
“Rata-rata yang tidak bersedia dievakuasi itu mereka yang beralasan menjaga rumah atau harta bendanya,” kata Eka.
Eka mengatakan, untuk bantuan makanan bagi warga yang belum dievakuasi sejauh ini terus berjalan melalui BPBD dan Dinas Sosial Kabupaten Bekasi.
“Alhamdulillah berkat bantuan TNI/Polri dan para relawan, penyaluran bantuan lebih lancar dengan menggunakan mobil besar dan menggunakan perahu karet,” ujarnya.
Untuk keperluan warga yang terdampak banjir, pihaknya juga telah mendirikan 9 dapur umum di berbagai lokasi pengungsian.
“Prioritas sekarang bagaimana menyelamatkan warga dari bencana ini, dengan evakuasi dan mencukupi kebutuhan pokoknya. Untuk perbaikan tanggul kita menunggu air surut dan akan kita upayakan membuat tanggul secara permanen yang lebih kuat,” ujarnya.